Kamis, 30 September 2010
Larangan di jalur Protokol ditunda
Selasa, 21 September 2010
Safety Riding.. Apaan Sih ?
Kondisi seperti saat ini membuat sepeda motor menjadi pilihan paling praktis dan ekonomis sebagai alat transportasi baik pribadi maupun keluarga. Kemampuan melalui jalan yang relatif kecil (selap selip) seakan membuat motor menjadi kendaraan ?bebas macet? dan efektif, sementara itu juga konsumsi BBM yang sangat irit membuat kendaraan ini sangatlah ekonomis.
Namun sayang juga ketika demikian mudahnya memperoleh sepeda motor, tetapi tidak dibarengi dengan kesadaran untuk belajar berkendara dengan baik dan aman. Masih banyak kita lihat orang mengendarai motor dengan sekencang - kencangnya, atau sangat lambat dan lain-lain yang membahayakan dirinya juga orang lain disekitarnya. Menurut survey tim safety riding course, lebih dari 50% kecelakaan sepeda motor disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri, selain faktor kendaraan dan lingkungan.
Mungkin disinilah perlunya kita ikut suatu klub motor. Apakah itu klub motor sejenis maupun klub motor berbagai merek, yang penting adalah klub yang bisa membina kita menjadi bikers yang baik dan tertib. Klub motor yang baik salah satunya adalah klub yang peduli dengan keselamatan dan keamanan berkendara. Beberapa klub yang saya kenal, melakukan acara khusus untuk melatih dan memberi pencerahan tentang keselamatan dan keamanan berkendara. Bahkan untuk menggelar acara tersebut dilibatkan juga beberapa vendor sebagai sponsor, yang artinya semua sepakat akan pentingnya keselamatan.
Safety Riding ! Sama halnya dengan istilah Safety Driving bagi pengguna mobil, istilah Safety Riding mengacu kepada perilaku berkendara yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam pelatihan Safety Riding, disajikan dalam teori dan praktek. Umumnya dalam teori dijelaskan seputar keselamatan berkendara, pentingnya pemanasan tubuh saat hendak berkendara, kesiapan kendaraan, posisi berkendara yang ideal, dan lain-lain.
Kesiapan berkendara yang diperlukan untuk sepeda motor antara lain:
- Sarung Tangan, sebaiknya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua belah tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat serta tidak licin saat memegang grip/handle motor.
- Jaket, sebaiknya mampu melindungi seluruh bagian tubuh baik dari terpaan angin maupun efek negatif kala terjadi benturan baik kecil maupun besar.
- Helm (minimal Half Face), sebaiknya mampu memberikan proteksi lebih kepada kepala, poin inilah yang selalu dilewatkan oleh tipikal bikers pengguna helm ?catok? dan sejenisnya.
- Sepatu, haruslah mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi seluruh lapisan kaki.
Secara umum untuk pelatihan praktek Safety Riding diajarkan:
- Teknik pengereman, dengan hanya mengandalkan rem depan, rem belakang, dan kombinasi keduanya. Teknik ini untuk membiasakan bikers untuk membedakan fungsi dua sisi rem saat hendak berhenti ber-akselerasi.
- Teknik ?slalom?, dengan cone di lintasan. Teknik ini untuk melihat kemampuan peserta menikung dengan cepat dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya.
- Teknik berjalan di lintasan ala ?bumpy-road?, teknik ini untuk membiasakan bikers untuk memberi kenyamanan saat jalan tidak mulus atau bergelombang.
- Teknik berkendara di lintasan lurus dan sempit, berupa bilah dengan asumsi kendaraan berjalan di jalan kecil dan diliputi kemacetan. Teknik ini untuk membiasakan diri bagi bikers untuk tetap dapat melakukan handling tanpa menurunkan kaki dalam kecepatan rendah.
Perangkat keamanan semacam decker lutut dan siku plus helm menjadi wajib untuk peserta pelatihan Safety Riding.
Dari materi-materi seperti inilah diharapkan muncul niatan dari para pengendara untuk membiasakan diri sendiri memberi upaya keselamatan berkendara. Gampang-gampang susah, itu ternyata pendapat yang muncul di benak peserta setelah semua sesi praktek dilapangan dilakukan. Dari sekian banyak poin yang dipelajari peserta semua memiliki arti masing-masing dengan kesimpulan bahwa keselamatan berkendara amatlah dibutuhkan untuk mengurangi angka kecelakaan dijalan. Ya ! Semua dimulai dari diri sendiri, alangkah baiknya jika hasil kursus singkat ini dapat dibagi dengan rekan-rekan lain sesama pengendara.
Buktikan bahwa kita mampu berkendara dengan baik, tidak sembrono, tidak ugal-ugalan, patuh lalu-lintas, dan menghormati sesama pengguna jalan serta memberi contoh positif kepada sesama pengguna jalan.
Senin, 20 September 2010
Gejala dari Aki dan Sein
Lihat Bentuk dan Resin
Skir pake Odol
“Mulai dari amril hingga cairan pemoles model pasta hingga odol untuk sikat gigi juga bisa. Tergantung dari kebutuhannya juga,” bilang Adriyanto, mekanik JP Racing di Jl. Cendrawasih, No. 6, Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang.
Amril yang umumnya dipakai mekanik untuk memoles klep dengan sitting agar kembali rata. Tapi, ternyata penggunaan amril ini lebih cocok untuk klep atau siting yang baru aja dibuat.
“Memang. Tapi, kalau hanya sekadar sekir ulang karena terjadi rembes sedikit, lebih baik pakai model pasta seperti Autosol,” timpal Erwin Oei alias Akiang, pemilik workshop Rudi Jaya Motor di Jl. Dewi Sartika, No. 32, Ciputat, Tangerang.
Sebab menurut pria yang piawai ubah sitting klep ini, bahan pemoles seperti amril bisa banyak memakan lapisan sitting. Lalu, kalau kondisi ini dipakai untuk sitting yang sudah lama dipakai, tentu membuat sitting itu semakin tipis.
Maka itu, Akiang lebih menganjurkan untuk pakai bahan pemoles seperti Autosol yang aslinya diperuntukan sebagai bahan pengilap logam. “Pakai Autosol, lapisan yang termakan tidak sebanyak amril,” timpal pria yang juga mekanik papan atas pasukan balap Honda ini.
Diakui Akiang dan Adriyanto, memoles pakai Autosol sedikit butuh waktu lebih lama ketimbang amril. “Lebih baik terbuang sedikit waktu ketimbang sitting yang jadi tipis dong,” aku Adriyanto lagi.
Oh ya! Selain pakai bahan pemoles seperti Autosol, bisa juga pakai bahan seperti odol. Iya, odol yang pasta gigi itu. Tapi lagi-lagi, penggunaan ini lebih ditujukan untuk memoles atau sekir ulang aja ya. Tidak untuk sekir sitting dan klep baru! Jadi, mau yang mana?
Rangka
“Banyak hal menyebabkan rangka itu bengkok. Misalnya, karena motor itu terpelanting atau tertabrak sehingga menyebabkan terjadinya benturan,” sebut Sani dari JBB Pressindo di Jl. Raya Ciledug, Kreo, Tangerang.
Menurut pria berambut panjang ini, tidak semua bagian yang rusak di motor bisa dipress. Sebab, tergantung dari kerusakan yang dialami. Jika bengkok lebih dari 70 persen. Misalnya, yang melipat ke samping atau melipat ke atas.
Selain kerusakan yang disebut tadi, segala bagian pendukung lain di motor juga bisa dilakukan press. Misalnya lengan ayun melengkung, hingga sok depan. Tapi, tidak termasuk sok belakang.
Untuk press motor, biasanya operator mengecek fisik. Itu meliputi beberapa bagian komponen penting yang bertalian. Dimulai dari roda depan terdiri dari ban, pelek, jari-jari, laher teromol sampai as roda. Piringan rem cakram serta adaptor kaliper pun gak luput dari pantauan.
Lanjut ke proses yang mengarah ke pipa teleskopik yang berhubungan dengan segitiga dan as segitiga. Di bagian ini, biasanya pengecekan dilakukan demi memastikan kemiringan pipa teleskopik dan jarak antar pipa diukur dari tengah.
“Bahkan kelurusan pipa dengan as komstir juga dicek untuk memastikan segitiga nggak bengkok ke depan atau belakang berjarak lebih dari 8 cm. Sehingga sudut rake bisa ikut berubah,” papar Marulloh alias Ulo, pemilik bengkel Press JBB Putra Jaya Motor di Jl. RM. Kahfi I, No. 14A, Ciganjur, Jakarta Selatan ini.
Berikutnya cek kondisi frame utama, khususnya batang underbone hingga rangka belakang. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui jarak sumbu roda motor. Serta kelurusan arm dengan rangka belakang agar performa sokbreker tetap berfungsi optimal.
Jika dalam pengecekan tidak ada kendala, motor dinyatakan sehat. “Tapi tetap dilakukan tes jalan setelah dipress. Jika masih ada yang bikin handling berubah, tentunya harus lakukan pengecekan ulang,” timpal Sani.
Pembatasan Motor di Jakarta
Pengendara Jakarta, jelas menolak keras kebijakan yang hendak dilaksanakan Pemerintah DKI Jakarta dan Kepolisian Metro Jaya. Ini kebijakan yang nggak masuk akal. “Pakai motor efisien. Pengeluaran transportasi jauh lebih hemat,” papar Rifki, pekerja yang menunggang motor di Jl. Sudirman, Jakarta.540102-macet-gt.jpg
Mohon maaf buat Direktur Lalu Lintas Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes, Condro Kirono. Keinginan Bapak membatasi motor, kurang sesuai fakta. “Betul, akan dibatasi setelah Lebaran 2010 nanti. Kami sedang membahasnya dengan pemerintah daerah,” ujar Kombes Condro Kirono, saat gelaran kompetisi instruktur Safety Riding Honda 2010 di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Katanya, saat ini, daya dukung infrastruktur jalan DKI hanya mampu menampung 1,05 juta kendaraan. Panjang jalan 7.650 km dan luas 40,1 km atau 6,2 persen dari luas DKI. Sedang pertumbuhan jalan hanya 0,01 persen per tahun.
Masih menurut Condro, pembatasan untuk menekan tingkat kemacetan di Jakarta yang parah. Jika tidak ada upaya tersebut Jakarta bakal lumpuh di 2014. “Keluar rumah tidak bisa ke mana-mana lagi,” katanya ikutan bingung.
540203-macet-gt.jpgPernyataan ini makin menegaskan, pengendara adalah golongan yang semakin dipinggirkan. Banyak pihak menuding penyebab kemacetan karena ulah dari pengendara motor yang seenaknya.
Eits.. ntar dulu pak! Urusan disiplin nyaris semua pamakai jalan Jakarta sulit mematuhinya. Termasuk angkot, mobil pribadi sampai grobak sayur. Persoalan, seperti ‘keindahan’ kota tanpa motor, itu tendensius. Contoh, jika transportasi massal rapi dan nyaman, tanpa dilarang pun, pengendara akan pindah sendirinya. Bukan hanya pengendara motor, pemilik kendaraan roda empat juga ikut.
Tahu kah bapak berapa banyak pekerja di wilayah yang akan dilarang itu? Lalu dengan apa pekerja kelas bawah ini nanti akan menuju kantornya? Bagaimana juga dampak pelarangan ini terhadap kegiatan ekonomi Jakarta?
Julius Aslan, Direktur Marketing PT Astra Honda Motor (AHM), yakin motor itu multiguna. “Selain sebagai alat transpotasi masyarakat Indonesia, juga sebagai alat produktivitas. Sebagian besar motor untuk bekerja, mengangkut barang. Perekonomian bisa berputar karena mobilitas,” tegas Julius Aslan.
Untuk melakukan pembatasan ini pemerintah musti hati-hati. “Karena dampaknya bukan hanya kepada ekonomis tapi lebih luas lagi,” tambah Julius lagi.
Hanafi, pekerja kantoran sehari-hari dengan motor. Dia keberatan dengan wacana pemerintah. “Kalau mau dilarang, mobil juga. Harus adil. Kan saya juga bayar pajak,” paparnya.
Dengan mesin kecil, jauh lebih hemat bahan bakar. Apalagi mobil hanya dipakai sendirian. Terjadi pemborosan ruas jalan dan bahan bakar. “Bagaimana kalau pemikirannya dibalik. Mobil dibatasi dan beralih ke motor. Itu sembari menunggu transportasi publik yang aman dan nyaman, entah kapan?” timpal Doedi salah seorang pengendara.
Penggunaan bahan bakar pernah diulas Em-Plus pada beberapa edisi lalu. Jumlah motor yang begitu banyak, konsumsi BBM-nya jauh lebih sedikit dibanding mobil. Artinya yang sedot subsidi pemerintah justru mobil.
Soal angka pajak yang didapat oleh pemerintah DKI atau Kepolisian bukan sedikit. Angka pastinya memang tidak ada. Jika menurut Kombes Condro Kirono, saat ini sebanyak 8.087.118 unuit. Pemilik SIM motor di Jakarta sekitar 1/3 dari jumlah motor yang ada. Jadi berapa triliun dikeruk pemerintah dari kantong biker.
Asumsi saja, tiap motor bayar pajak kendaraan per tahun Rp 100 ribu. Kalikan dengan 8 juta unit. Setahun untuk pajak Rp 800 milyar. Untuk SIM 1/3 dari 8 juta sekitar 2,66 juta dikalikan Rp 75 ribu hasilnya Rp 199,5 M. Dari pajak kendaraan bermotor dan SIM saja hampir Rp 1 triliun. Belum lagi pajak pabrikan motor dan komponen pendukung. Jumlah ini tentu saja jauh di atas itu.
MOTOR Plus pernah wawancara Bambang Susantono sebelum jadi Wakil Menteri Perhubungan, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Saat itu, pria yang menjabat Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia ini menyatakan satu-satunya solusi untuk mengatasi kemacetan tidak lain adanya sarana transportasi massal aman, murah, cepat, konsisten. “Jumlah motor makin banyak cermin dari ketidakberdayaan sarana transportasi massal,” jelasnya ketika itu.
Itu yang benar. Transportasi massal yang ada seperti busway, belum memenuhi kebutuhan biker. Murah, cepat dan mudah. Percaya deh kalau semua ini sudah diatasi dengan sendirinya pengguna motor akan beralih ke busway, dan angkutan massal lainnya.